1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikSudan

Konflik Sudan: Jerman Akhiri Evakuasi, WHO Soroti Biohazard

26 April 2023

Jerman berhasil mengevakuasi 120 orang dalam penerbangan evakuasi terakhirnya. Sementara WHO memberi peringatan tentang ancaman bahaya biologis besar di Khartoum.

Potret bangunan yang rusak akibat pertempuran di Sudan.
Foto: Omer Erdem/AA/picture alliance

Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Pertahanan Jerman melalui pernyataan bersama mengatakan bahwa penerbangan evakuasi terakhir dari Sudan telah berlangsung pada Selasa (25/04) malam.

"Tidak ada lagi penerbangan evakuasi Jerman dari wilayah ini yang direncanakan,” kata kedua kementerian tersebut.

Komando Operasi Militer Jerman melalui pernyataannya di Twitter mengatakan bahwa ada 120 orang yang dievakuasi dalam penerbangan terakhir tersebut. Mereka diterbangkan dari Sudan ke Yordania, dan dari sana akan diterbangkan lagi menuju Jerman.

Misi evakuasi Jerman telah dimulai sejak Minggu (23/04), dengan total jumlah warga yang dievakuasi lebih dari 600 orang.

Meski evakuasi berakhir, Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock mengatakan bahwa Berlin masih "mengusahakan keselamatan” bagi warga Jerman yang masih berada di Sudan.

Jerman sebelumnya telah memimpin upaya evakuasi internasional dari pangkalan udara di dekat ibu kota Sudan, Khartoum. Para pejabat Angkatan Darat saat ini dilaporkan tengah menggelar pembicaraan mengenai siapa yang akan mengambil alih kepemimpinan setelah penerbangan terakhir dari Jerman.

Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace mengatakan Inggris "siap mengambil alih jika mereka [Jerman] memutuskan evakuasi selesai.”

WHO ingatkan ancaman biohazard di Khartoum

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa warga Khartoum saat ini berada dalam risiko karena salah satu faksi yang berperang di Sudan berhasil merebut laboratorium yang menyimpan berbagai patogen.

Badan PBB itu tidak merinci kubu mana yang berhasil menduduki laboratorium. Yang jelas, laboratorium itu diketahui menyimpan bakteri kolera dan materi-materi yang memiliki potensi bahaya lainnya.

Para teknisi tidak dapat mengakses Laboratorium Kesehatan Masyarakat Nasional untuk mengamankan materi-materi tersebut, kata perwakilan WHO di Sudan, Nima Saeed Abid, kepada wartawan di Jenewa melalui tautan video.

"Yang menjadi perhatian utama adalah tidak adanya akses bagi teknisi lab untuk pergi ke lab dan dengan aman menyimpan materi dan zat biologis yang ada di sana,” katanya seraya menyinggung tentang "risiko biologis yang sangat besar.”

WHO: Setidaknya 459 orang tewas

Pertempuran antara angkatan bersenjata yang setia kepada pemimpin de facto Jenderal Abdel-Fattah Burhan dengan paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF) yang mendukung wakilnya, Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo, pecah pada 15 April di Sudan.

Setidaknya 459 orang tewas akibat pertempuran dan rumah sakit serta layanan penting lainnya lumpuh, kata WHO.

Konflik yang memanas juga telah memaksa kantor kemanusiaan PBB (OCHA) untuk mengurangi beberapa kegiatannya di beberapa bagian negara tersebut.

Sementara dua badan PBB lainnya, yaitu Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) dan Program Pangan Dunia (WFP), telah menangguhkan kerja mereka setelah beberapa staf mereka ikut terbunuh.

gtp/ha (AFP, AP, Reuters)

 

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait